KEPEMIMPINAN KARISMATIK dan
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
1. KEPEMIMPINAN KARISMATIK
Max Weber,
seorang sosiologi adalah ilmuwan pertama yang membahas kepemimpinan karismatik.
Yang mendefinisikan karisma (yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“anugerah”) sebagai suatu sifat tertentu dari seseorang, yang membedakan mereka
dari orang kebanyakan dan biasanya dipandang sebagai kemampuan atau kualitas
supernatural, manusia super, atau paling tidak daya-daya istimewa. Weber
berpendapat bahwa kepemimpinan karismatik merupakan salah satu jenis otoritas
yang ideal.
Peneliti
pertama yang membahas kepemimpinan karismatik dalam kaitannya dengan Perilaku
Organisasi adalah Robert House. Menurut teori kepemimpinan karismatik
(charismatic leadership theory) House, para pengikut memandang sebagai sikap
heroik atau kepemimpinan yang luar biasa saat mengamati perilaku tertentu.
Sudah ada beberapa studi yang berusaha mengidentifikasi
karakteristik-karakteristik dari pemimpin yang karismatik.
Salah satu telaah literature yang
paling bagus menunjukkan adanya empat karakteristik yaitu,
1. Visi dan
artikulasi. Memilki visi, yang dinyatakan sebagai tujuan ideal,
yang menganggap bahwa masa depan lebih baik daripada status quo; dan mampu
mengklarifikasi pentingnya visi yang bisa dipahami orang lain.
2. Risiko
pribadi. Bersedia mengambil risiko pribadi yang tinggi, mengeluarkan
biaya besar, dan berkorban untuk mencapai visi tersebut.
3.
Sensitif, dengan
kebutuhan bawahan. Menerima kemampuan orang lain dan bertanggung jawab atas
kebutuhan serta perasaan mereka.
4.
Perilaku yang
tidak konvensional. Memilki perilaku yang dianggap baru dan berlawanan
dengan kebiasaan.
Pemimpin
yang karismatik cenderung bersifat terbuka, percaya diri, dan memiliki tekad
yang kuat untuk mencapai hasil. Meskipun beberapa orang beranggapan bahwa
karisma merupakan anugerah dan karenanya tidak bisa dipelajari, sebagian besar
ahli percaya seseorang juga bisa dilatih untuk menampilkan perilaku yang
karismatik dan mendapat manfaat dari menjadi seseorang pemimpin yang
karismatik. Lagi pula, hanya karena kita mewarisi kecenderungan-kecerendungan
tertentu, tidak berarti kita tidak dapat berubah. Beberapa orang pengarang
mengatakan bahwa seseorang bisa belajar menjadi karismatik dengan mengikuti
proses yang terdiri atas tiga tahap.
Pertama,
seseorang perlu mengembangkan aura karisma dengan cara mempertahankan cara
pandang yang optimis; menggunakan kesabaran sebagai katalis untuk menghasilkan
antusiasme; dan berkomunikasi dengan keseluruhan tubuh, bukan cuma dengan
kata-kata. Kedua, seseorang menarik orang lain dengan cara menciptakan ikatan
yang menginspirasi orang lain tersebut untuk mengikutinya. Ketiga, seseorang
menyebarkan potensi kepada para pengikutnya dengan cara menyentuh emosi mereka.
Visi
(vision) adalah strategi jangka panjang untuk mencapai tujuan atau serangkaian
tujuan. Visi ini menberikan nuansa kontinuitas bagi para pengikut dengan cara
menghubungkan keadaan saat ini dengan masa depan yang lebih baik bagi
organisasi. Sebagai contoh, di Apple. Steve Jobs, pemimpin karismatik Apple
Computer, menginvestasi perusahaan dengan cara menemukan pangsa pasar yang baru
untuk alat music digital iPod. Visi Jobs adalah menciptakan alat pemutar musik
yang bisa dibawa kemana pun dan dapat menyimpan data. Yakin dengan inovasi yang
dilakukannya, Jobs telah menginspirasi timnya untuk merancang dan mengembangkan
iPod dalam waktu kurang dari setahun. Sejak peluncuran iPod, Apple telah
menjual lebih dari 10 juta alat pemutar music yang menambah $6,2 miliar ke
pendapatan Apple.
Sebuah visi
belumlah lengkap tanpa adanya pernyataan visi (vision statement), yaitu pernyataan
formal visi atau misi organisasi. Pemimpin yang karismatik bisa menggunakan
pernyataan visi untuk menanamkan tujuan dan sasaran ke benak para pengikutnya.
PepsiCo, misalnya memilki pernyataan misi berikut ini dalam situs Web-nya :
“untuk menghasilkan produk konsumen utama di dunia, perusahaan berfokus pada
makanan dan minuman yang tepat, dan setiap hal yang kami lakukan, kami berjuang
untuk tetap jujur, adil, dan penuh integritas”.
Sisi Gelap Kepemimpinan Karismatik
Para
pemimpin bisnis yang karismatik seperti Jeffrey Skilling di Enron, Jack Welch
di GE, Dennis Kozlowski di Tyco, Herb Kelleher di Southwest Air, Michael
Eisnerdi Disney, Bernie Ebbers di WorldCom, dan Richard Scrushy di HealthSouth,
tidak kalah terkenalnya dari para selebriti seperti Shaquille O’Neal atau
Madonna. Setiap perusahaan ingin memiliki seorang CEO yang karismatik. Sebuah
studi menunjukkan bahwa CEO yang karismatik mampu menggunakan karisma yang
mereka miliki untuk mendapatkan gaji yang lebih tinggi meskipun kinerja mereka
biasa-biasa saja. Sayangnya, tidak semua pemimpin yang karismatik selalu
bekerja demi kepentingan organisasinya. Banyak dari pemimpin ini menggunakan
kekuasaan mereka untuk membangun perusahaan sesuai citra mereka sendiri. Mereka
sering kali mencampuradukkan batas-batas kepentingan pribadi dengan kepentingan
organisasi. Hal yang paling buruk, karisma yang egois ini membuat si pemimpin
menempatkan kepentingan dan tujuan-tujuan pribadi di atas tujuan organisasi.
Denis
Kozlowski mencerminkan sisi gelap dari kepemimpinan karismatik. Mantan CEO Tyco
International yang karismatik ini dituduh dan terbukti bersalah menyalahgunakan
dana perusahaan untuk membiayai gaya hidupnya yang mewah. Kozlowski terbukti
bersalah melakukan pencurian besar-besaran, kecurangan sekuritas, konspirasi,
dan tuntutan lainnya, karena mengambil lebih dari $150 juta dalam bentuk bonus
dari Tyco. Ia juga melakukan kecurangan terhadap para pemegang saham dengan
menjual $430 juta saham Tyco dengan melakukan penipuan mengenal kesehatan keuangan
perusahaan.
Kepemimpinan
karismatik bukan berarti merupakan kepemimpinan yang tidak efektif. Secara
keseluruhan, efektivitas memang terbukti. Masalahnya adalah pemimpin karismatik
tidak selalu menjadi jawaban. Sebuah organisasi dengan pemimpin yang karismatik
lebih cenderung meraih sukses, tetapi kesuksesan tersebut bergantung pada
situasi dan visi sang pemimpin. Beberapa pemimpin yang karismatik seperti
Hitler terlalu sukses dalam meyakinkan para pengikutnya untuk mengejar visi
yang justru menjadi malapetaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar